Ulama besar yang dikenal dengan Ahmad Hassan Bandung (ketika
masih bermukim di Bandung) atau Ahmad Hassan Bangil (sejak bermukim di
Bangil) ini telah menorehkan sejarah baru dalam gerakan
pemurnian ajaran Islam di Indonesia dengan ketegasan,
keberanian, dan kegigihannya menegakkan Al-Quran dan sunnah secara
konsekuen. Terkadang, orang menganggap pemikirannya terlalu radikal.
Selain menulis buku-buku, menerbitkan majalah-majalah, menyusun
tafsir Al-Quran pertama di Indonesia, dan mendidik para santri, ia pun
banyak melahirkan tokoh ulama besar hasil didikannya,
antara lain Mohammad Natsir, KHM Isa Anshary, KHE Abdurrahman,
dan KH Rusyad Nurdin.
Dalam buku Yang Dai Yang Politikus: Hayat dan Perjuangan Lima Tokoh Persiskarya Dadan Wildan, disebutkan bahwa Ahmad Hassan juga memberikan andil besar terhadap pemikiran
keislaman Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno.
Kepada Ahmad Hassanlah, dalam pembuangannya di Ende, Flores
(NTT), Bung Karno meminta buku-buku dan majalah-majalah karya Ahmad
Hassan, sebagai pengisi roh batiniahnya yang haus akan
keislaman. Dari Ahmad Hassanlah ‘api Islam’ Bung Karno menyala.
Melalui gerakan Persis, Ahmad
Hassan menyebarkan
ide-ide pembaruannya. Ia menyadari betul bahwa pemikirannya harus
dituangkan dalam sebuah gerakan agar bisa berkembang
secara efektif. Bahkan, ia berhasil membawa organisasi ini
menjadi sebuah gerakan islah.
Dengan menggabungkan watak Ahmad Hassan yang tajam dalam
berpikir dan ciri Persis yang tegas, organisasi ini tumbuh sebagai
sebuah gerakan tajdid yang cepat meluas. Ahmad Hassan telah membawa Persis menjadi organisasi pembaruan yang terkenal tegas dalam masalah-masalah fiqhiyyah.
Di tangannya pula, Persis tampil dengan corak dan warna baru dalam gerakan pembaruan pemikiran Islam di Indonesia.
Kiprah Ahmad Hassan dalam organisasi Persis, sejalan dengan ‘program jihad’jam’iyyah yang ditujukan untuk penyebaran ajaran Islam
yang kaffah, yakni menegakkan Al-Quran dan sunnah. Hal
ini ia lakukan dengan berbagai aktivitas, antara lain dengan mengadakan
tabligh-tabligh, menyelenggarakan kursus
pendidikan Islam bagi generasi muda, mendirikan pesantren,
menerbitkan berbagai buku, majalah, dan selebaran-selebaran lainnya.
Dalam bidang pendidikan, misalnya, Persis sejak tahun 1924
menyelenggarakan kelas pendidikan akidah dan ibadah bagi orang dewasa
yang kemudian berkembang cepat dengan masuknya Ahmad Hassan
pada tahun 1926.
Demikian pula, dalam bidang penerbitan, banyak dicetak buku dan
majalah, terutama yang memuat tulisan-tulisan Ahmad Hassan. Penerbitan
buku dan majalah ini lebih banyak atas usahanya sendiri;
dari menulis, mencetak, sampai memasarkannya. Penerbitan inilah
yang menyebabkan luasnya daerah penyebaran pemikiran Ahmad Hassan yang
identik dengan pemikiran Persis.
Selain itu, kegiatan tabligh dan dakwah menjadi ujung tombak
penyebaran paham Al-Quran-sunnah yang dilaksanakan di berbagai tempat.
Dalam aktivitas tabligh ini, Ahmad Hassan lebih senang
melakukannya dengan metode diskusi dan dialog. Karena itu,
perdebatan sengit tentang berbagai masalah keagamaan sering kali
digelar. Terutama terkait persoalan agama yang tidak ada dasarnya
dalam Al-Quran dan sunnah.
Pada masa itu, persoalan ini sangat hangat diperbincangkan. Di antaranya, masalahtalqin, tahlil, talafudzh niyyat, bid’ah, khurafat,
dan taklid. Meskipun
terkadang debat yang digelar Persis ini berlangsung ‘sangat
keras’, pengaruhnya cukup baik, yakni munculnya pemikiran kritis dalam
menghancurkan taklid dan kejumudan di kalangan umat Islam.
Sebagai salah seorang yang berperan besar dalam organisasi
Persis, Ahmad Hassan mencurahkan berbagai pandangannya tentang agama,
antara lain tentang sumber hukum Islam (
ijtihad, ittiba‘, taklid, bid’ah ) dan paham kebangsaan.
Kiprahnya dalam menyebarluaskan pandangan-pandangannya ini ia
lakukan hingga mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit
Karangmenjangan (sekarang RS Dr Soetomo) Surabaya pada hari Senin,
10 November 1958. Sepanjang hidupnya, Ahmad Hassan banyak
menulis karya, baik dalam bidang fikih, usul fikih, tasawuf, maupun
akidah. Tak kurang dari 50 buah buku yang berhasil ditulisnya
dalam upaya membuka pencerahan pemikiran umat Islam.
• ed: syahruddin el-fikri
ØØØ
Dari : Islam Digest, Republika, Ahad, 26 September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar