Kisah di Balik Kabbalah
“Keluaran” adalah judul kitab kedua dari Taurat. Kitab ini
menceritakan bagaimana bani Israil, di bawah pimpinan Musa, meninggalkan
Mesir dan melarikan diri dari kekejaman Fir’aun. Fir’aun memperbudak
bani Israil dan tidak mau membebaskan mereka. Tetapi, ketika berhadapan
dengan mukjizat yang ditunjukkan Allah melalui Musa, dan berbagai
bencana ditimpakan kepada rakyatnya, Fir’aun melunak. Maka, suatu malam
bani Israil berkumpul, dan memulai migrasi mereka keluar dari Mesir.
Kemudian, Fir’aun menyerang bani Israil, tetapi Tuhan menyelamatkan
mereka dengan mukjizat selanjutnya melalui Musa.
Tetapi, di dalam Al Quran lah kita menemukan kisah yang paling
akurat tentang eksodus dari Mesir, karena Taurat telah mengalami banyak
perubahan teks dari apa yang asalnya diturunkan kepada Musa. Sebuah
bukti penting tentang ini adalah bahwa isi kelima kitab Taurat —
Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan — banyak yang saling
bertentangan. Fakta bahwa kitab Ulangan ditutup dengan kisah kematian
dan penguburan Musa merupakan bukti yang tak dapat disangkal bahwa
bagian ini sudah pasti ditambahkan setelah kematian Musa.
Di dalam Al Quran, pada pengisahan tentang keluarnya bani
Israil dari Mesir, sebagaimana juga pada semua kisah lain yang
berhubungan dengannya, tidak ada sedikit pun pertentangan; kisah
tersebut diceritakan kembali dengan jelas. Bahkan, seperti pada
kisah-kisah lain, Allah mengungkapkan banyak kebijaksanaan dan rahasia
di dalamnya. Karena itulah, ketika kita mengkaji kisah-kisah ini dengan
cermat, kita dapat menarik banyak pelajaran dari mereka.
ANAK SAPI EMAS
Salah satu fakta penting sehubungan dengan eksodus bani Israil
dari Mesir, sebagaimana diceritakan di dalam Al Quran, bahwa mereka
mengingkari agama yang diturunkan Allah kepada mereka walaupun Ia telah
menyelamatkan mereka dari kekejaman Fir'aun melalui Musa. Bani Israil
tidak mampu memahami ajaran tauhid yang disampaikan Musa kepada mereka,
dan terus cenderung kepada penyembahan berhala.
Al Quran menggambarkan kecenderungan yang aneh ini pada ayat berikut:
“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai pada suatu kaum yang tetap meyembah berhala mereka, Bani Israil berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: " Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al A'raaf, 7: 138-139) !
Walau telah diperingatkan oleh Musa, bani Israil tetap dalam
penentangan mereka, dan ketika Musa meninggalkan mereka, mendaki Gunung
Sinai seorang diri, penentangan itu tampak sepenuhnya. Dengan
memanfaatkan ketiadaan Musa, tampillah seorang bernama Samiri. Dia
meniup-niup kecenderungan bani Israil terhadap keberhalaan, dan membujuk
mereka untuk membuat patung seekor anak sapi dan menyembahnya.
“Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?".Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya", kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa." (QS. Thahaa, 20: 86-88)
Mengapa ada kecenderungan yang gigih di kalangan bani Israil
untuk membangun berhala dan menyembahnya? Dari mana kecenderungan ini
bersumber?
Sudah tentu, suatu masyarakat yang sebelumnya tidak pernah
menyembah berhala tidak akan secara tiba-tiba berkelakuan bodoh
seperti membangun patung dan menyembahnya. Hanya mereka yang
memiliki kecenderungan alami terhadap berhala yang akan memercayai omong
kosong semacam itu.
![]() Berhala bangsa Mesir lainnya: Hathor, anak sapi emas. |
Namun, bani Israil dahulunya adalah kaum yang mengimani satu
Tuhan semenjak masa leluhur mereka Ibrahim. Nama "bani Israil" atau
"Anak-Anak Israil" pertama kali diberikan kepada putra-putra Ya'kub,
cucu Ibrahim, dan setelahnya semua bangsa Yahudi merupakan keturunannya.
Bani Israil telah menjaga iman tauhid yang mereka warisi dari leluhur
mereka Ibrahim, Ishak, dan Ya'kub, 'alaihim salam. Bersama Yusuf as.,
mereka pergi ke Mesir dan memelihara monoteisme mereka dalam jangka
waktu yang panjang, walaupun faktanya mereka hidup di tengah keberhalaan
Mesir. Jelaslah dari kisah yang disebutkan di dalam Al Quran bahwa
ketika Musa datang kepada mereka, bani Israil adalah kaum yang mengimani
satu Tuhan.
Satu-satunya penjelasan untuk ini adalah bahwa bani Israil,
betapapun banyaknya mereka menganut kepercayaan Monoteistik, terpengaruh
oleh kaum pagan yang hidup bersama mereka, dan mulai meniru mereka,
menggantikan agama yang dipilihkan bagi mereka oleh Allah dengan
penyembahan berhala dari negeri-negeri asing.
Ketika kita mengkaji masalah ini di bawah keterangan catatan
sejarah, kita amati bahwa sekte
pagan yang memengaruhi bani Israil adalah yang terdapat di Mesir
Kuno. Sebuah bukti penting yang mendukung kesimpulan ini adalah bahwa anak sapi emas yang disembah bani Israil saat Musa berada di Gunung Sinai, sebenarnya adalah tiruan dari berhala Mesir, Hathor dan Aphis. Dalam bukunya, Too Long in the Sun, penulis Kristen Richard Rives menulis:
Hathor dan Aphis, dewa-dewa sapi betina dan jantan bangsa Mesir, merupakan perlambang dari penyembahan matahari. Penyembahan mereka hanyalah satu tahapan di dalam sejarah pemujaan matahari oleh bangsa Mesir. Anak sapi emas di Gunung Sinai adalah bukti yang lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa pesta yang dilakukan berhubungan dengan penyembahan matahari…. 23
![]() Patung Mesir Kuno, Hathor. |
Pengaruh agama pagan bangsa Mesir terhadap bani Israil terjadi
dalam banyak tahapan yang berbeda. Begitu mereka bertemu dengan kaum
pagan, kecenderungan ke arah kepercayaan bidah ini muncul dan,
sebagaimana disebutkan dalam ayat, mereka berkata, “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka memunyai beberapa tuhan (berhala).” (QS. Al A'raaf, 7: 138) Apa yang mereka ucapkan kepada Nabi mereka, "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang."
(QS. Al Baqarah, 2: 55) menunjukkan bahwa mereka memiliki kecenderungan
untuk menyembah benda nyata yang dapat mereka lihat, sebagaimana yang
terdapat pada agama pagan bangsa Mesir.
Kecenderungan bani Israil terhadap paganisme Mesir Kuno, yang
telah kita gambarkan di sini, penting untuk dipahami dan memberi kita
wawasan tentang perubahan dari teks Taurat dan asal usul dari Kabbalah.
Jika kita pikirkan kedua topik ini dengan hati-hati, kita akan
mencermati bahwa, pada sumbernya, ditemukan paganisme Mesir Kuno dan
filsafat materialis.
DARI MESIR KUNO KE KABBALAH
Semasa Musa masih hidup, bani Israil telah mulai membuat tiruan
dari berhala-berhala yang mereka lihat di Mesir dan menyembahnya.
Setelah Musa wafat, makin sedikit yang menghalangi mereka dari
penyelewengan lebih jauh ke kedurhakaan. Tentu saja, hal ini tidak
terjadi pada semua orang Yahudi, tetapi sebagian mereka memang
mengadopsi paganisme bangsa Mesir. Tentu saja, mereka meneruskan
doktrin-doktrin kependetaan Mesir (para ahli sihir Fir'aun), yang
menjadi pondasi bagi kepercayaan kaum itu, dan merusak keimanan mereka
sendiri dengan memasukkan doktrin-doktrin ini ke dalamnya.
Doktrin yang dimasukkan ke dalam agama Yahudi dari Mesir Kuno
adalah Kabbalah. Seperti sistem dari para pendeta Mesir, Kabbalah
merupakan sistem esoterik, dan berlandaskan pada praktik sihir. Yang
menarik, Kabbalah memberikan penuturan yang sangat berbeda tentang
penciptaan daripada yang ditemukan di dalam Taurat, yakni penceritaan
materialis, yang berdasarkan kepada gagasan Mesir Kuno tentang
keberadaan kekal dari materi. Murat Ozgen, seorang Freemason
berkebangsaan Turki, membahas topik ini sebagai berikut:
Jelaslah bahwa Kabbalah disusun bertahun-tahun sebelum keberadaan Taurat. Bagian paling penting dari Kabbalah adalah sebuah teori tentang pembentukan alam semesta. Teori ini sangat berbeda dengan kisah penciptaan yang diterima oleh agama-agama ketuhanan. Menurut Kabbalah, pada awal penciptaan, muncullah benda-benda yang disebut Sefiroth, artinya “lingkaran-lingkaran” atau “orbit-orbit”, yang mengandung baik sifat material maupun spiritual. Benda-benda ini berjumlah 32. Sepuluh yang pertama merepresentasikan massa bintang-bintang di angkasa. Keistimewaan Kabbalah ini menunjukkan bahwa ia berhubungan erat dengan sistem kepercayaan astrologis kuno…. Jadi, Kabbalah jauh dari agama Yahudi dan berhubungan erat dengan agama-agama kuno yang misterius dari Timur. 24
![]() Sefiroth adalah ekspresi paling lugas dari ajaran pagan Kabbalah. Gambar yang terbentuk dari lingkaran-lingkaran pada lukisan Kabbalis di kanan adalah Sefiroth. Para Kabbalis berusaha menjelaskan proses penciptaan melalui Sefiroth. Skenario yang mereka ajukan sebenarnya adalah sebuah mitos pagan yang sepenuhnya bertentangan dengan fakta yang diungkapkan di dalam kitab-kitab suci. |
Dengan mengadopsi doktrin-doktrin materialis dan esoterik dari
bangsa Mesir Kuno yang berlandaskan ilmu sihir ini, bangsa Yahudi
mengabaikan larangan Taurat tentang hal itu. Mereka mengambil ritual
sihir dari bangsa pagan lain dan seterusnya, Kabbalah menjadi doktrin
mistis di dalam agama Yahudi, tetapi bertentangan dengan Taurat. Di
dalam buku berjudul Secret Societies and Subversive Movements, penulis Inggris Nesta H. Webster menyatakan:
Seperti kita ketahui, Ilmu sihir telah dipraktikkan oleh bangsa Kanaan sebelum pendudukan Palestina oleh bani Israel; Mesir, India, dan Yunani juga memiliki tukang tenung dan peramal. Walaupun di dalam Hukum-Hukum Musa terkandung pelarangan atas ilmu sihir, bangsa Yahudi, dengan mengesampingkan peringatan ini, tertular dan mencampurkan tradisi suci yang mereka warisi dengan pemikiran-pemikiran yang sebagian dipinjam dari bangsa lain dan sebagian karangan mereka sendiri. Secara bersamaan, sisi spekulatif dari Kabbalah Yahudi meminjam dari filsafat Persia Magi, Neo-Platonis, dan Neo-Phytagorean. Maka, terdapat justifikasi bagi pendapat kelompok anti-Kabbalah bahwa apa yang kita kenal sebagai Kabbalah saat ini tidaklah murni asli dari Yahudi. 25
Ada ayat di dalam Al Quran yang merujuk kepada topik ini. Allah
berfirman bahwa bani Israil mempelajari ritual persihiran setan dari
sumber-sumber di luar agama mereka sendiri.
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir".Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al Baqarah, 2: 102) !
Ayat ini memperlihatkan bahwa kalangan tertentu bangsa Yahudi,
walau mengetahui bahwa akan celaka di hari akhirat, mempelajari dan
mengambil praktik-praktik sihir. Dengan demikian, mereka menyimpang dari
hukum yang telah diturunkan Allah kepada mereka. Karena telah menjual
jiwa mereka sendiri, terperosoklah mereka ke dalam paganisme
(doktrin-doktrin sihir). “Mereka telah menjual diri” untuk sesuatu yang
jahat, dengan kata lain, meninggalkan keimanan mereka.
Fakta-fakta yang diungkapkan dalam ayat ini menunjukkan sifat
utama dari sebuah konflik penting dalam
sejarah Yahudi. Pertarungan ini, pada satu sisi, adalah antara
nabi-nabi yang dikirimkan Allah kepada bangsa Yahudi dan golongan Yahudi
yang beriman yang menaati mereka, dan pada sisi lain, golongan Yahudi
yang durhaka yang mengingkari perintah-perintah Allah, meniru-niru
budaya pagan dari kaum di sekitar mereka, dan mengikuti praktik-praktik
budaya tersebut, bukannya hukum Allah.
![]() Sebagian orang Yahudi, terpengaruh oleh budaya pagan dari peradaban Mesir Kuno dan Mesopotamia, berpaling dari Taurat yang diturunkan Tuhan sebagai tuntunan, dan mulai menyembah bermacam-macam objek jasmaniah. Di atas digambarkan sebuah kuil matahari pagan. |
DOKTRIN PAGAN YANG DISISIPKAN KE DALAM TAURAT
Penting untuk dicermati bahwa dosa-dosa dari kaum Yahudi yang
ingkar seringkali diceritakan di dalam kitab suci Yahudi sendiri,
Perjanjian Lama. Di dalam kitab Nehemiah, sebentuk kitab sejarah di
dalam Perjanjian Lama, kaum Yahudi mengakui dosa mereka dan menyesal:
“Keturunan orang Israel memisahkan diri dari semua orang asing, lalu berdiri di tempatnya dan mengaku dosa mereka dan kesalahan nenek moyang mereka. Sementara mereka berdiri di tempat dibacakanlah bagian-bagian daripada kitab Taurat TUHAN, Allah mereka, selama seperempat hari, sedang seperempat hari lagi mereka mengucapkan pengakuan dan sujud menyembah kepada TUHAN, Allah mereka. Di atas tangga tempat orang-orang Lewi berdirilah Yesua, Bani dan Kenani. Dengan suara yang nyaring mereka berseru kepada TUHAN, Allah mereka.
… (Mereka berkata:) “…Mereka (nenek moyang kami) mendurhaka dan memberontak terhadap-Mu. Mereka membelakangi hukum-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu yang memperingatkan mereka dengan maksud membuat mereka berbalik kepada-Mu. Mereka berbuat nista yang besar . Lalu Engkau menyerahkan mereka ke tangan lawan-lawan mereka, yang menyesakkan mereka. Dan pada waktu kesusahan mereka berteriak kepada-Mu, lalu Engkau mendengar dari langit dan karena kasih sayang-Mu yang besar Kau berikan kepada mereka orang-orang yang menyelamatkan mereka dari tangan lawan mereka. Tetapi begitu mereka mendapatkan keamanan, kembali mereka berbuat jahat di hadapan-Mu. Dan Engkau menyerahkan mereka ke tangan musuh-musuh mereka yang menguasai mereka. Kembali mereka berteriak kepada-Mu, dan Engkau mendengar dari langit, lalu menolong mereka berulang kali, karena kasih sayang-Mu dan mereka berdosa terhadap peraturan-peraturan-Mu, yang justru memberi hidup kepada orang yang melakukannya. Mereka melintangkan bahu untuk melawan, mereka bersitegang leher dan tidak mau dengar.
… Tetapi karena kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka, karena Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang.
Sekarang, ya Allah kami, Allah yang Mahabesar, kuat, dan dahsyat, … Tetapi Engkaulah yang benar dalam segala hal yang menimpa kami, karena Engkau berlaku setia dan kamilah berbuat fasik. Juga raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami, imam-imam kami, dan nenek moyang kami tidak melakukan hukum-Mu. Mereka tidak memerhatikan perintah-perintah-Mu dan peringatan-peringatan-Mu yang Kauberikan kepada mereka. Dalam kedudukan sebagai raja mereka tidak mau beribadah kepada-Mu, walaupun Engkau telah mengaruniakan kepada mereka banyak kebaikan dan telah menyediakan bagi mereka tanah yang luas dan subur. Mereka tidak berbalik dari perbuatan-perbuatan mereka yang jahat.” (Nehemiah, 9: 2-4, 26-29, 31-35)
Bagian ini mengungkapkan keinginan yang dimiliki segolongan
kaum Yahudi untuk mengembalikan keimanan mereka kepada Tuhan, tetapi
dalam perjalanan sejarah Yahudi, segolongan lain perlahan
meraih kekuatan, mendominasi kaum Yahudi dan kemudian sepenuhnya
mengubah agama itu sendiri. Karena inilah, di dalam Taurat dan
kitab-kitab lain pada Perjanjian Lama, terdapat elemen-elemen yang
berasal dari doktrin pagan yang bidah, di samping yang disebutkan di
atas, yang mengajak untuk kembali kepada agama yang benar. Misalnya:
- Pada kitab pertama dari Taurat, disebutkan bahwa Tuhan menciptakan seluruh alam semesta dari ketiadaan dalam enam hari. Ini benar dan berasal dari wahyu asli. Tetapi, kemudian disebutkan bahwa Tuhan beristirahat di hari ketujuh, dan ini merupakan pernyataan yang benar-benar palsu. Ini merupakan ide jahat yang berasal dari paganisme yang memberikan sifat manusia kepada Tuhan. Pada sebuah ayat di dalam Al Quran, Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, dan kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.” (QS. Qaaf, 50: 38) !
- Pada bagian-bagian lain dari Taurat, terdapat gaya
penulisan yang tidak menghormati kemuliaan Tuhan, terutama pada
bagian-bagian di mana kelemahan manusia disifatkan kepada-Nya (Tuhan
sudah pasti di atas itu semua). Antropomorfisme ini dibuat untuk
menyerupai kelemahan-kelemahan manusia yang diberikan penganut pagan
kepada tuhan-tuhan buatan mereka sendiri.
- Salah satu pernyataan yang menghina itu adalah klaim
bahwa Ya'kub, nenek moyang bani Israil, bergulat dengan Tuhan, dan
menang. Ini jelas sebuah cerita yang dibuat-buat untuk
memberi bani Israil keunggulan rasial, untuk menyamai perasaan rasial
yang berkembang luas di antara masyarakat pagan. (atau, di dalam
kata-kata Al Quran: “kesombongan jahiliyah”).
- Terdapat kecenderungan di dalam Perjanjian Lama untuk
menampilkan Allah sebagai tuhan kebangsaan bahwa Dia hanyalah tuhan
bagi bani Israil. Namun, Allah adalah Tuhan dan Penguasa semesta alam
serta seluruh umat manusia. Pemikiran tentang agama kebangsaan ini, di
dalam Perjanjian Lama, bersesuaian dengan kecenderungan paganisme, di
mana setiap suku menyembah tuhannya sendiri.
- Pada sebagian kitab dari Perjanjian Lama (misalnya, Yosua) berbagai perintah diberikan untuk melakukan kekejaman terhadap orang-orang non-Yahudi. Pembunuhan massal diperintahkan, tanpa memandang wanita, anak-anak, atau orang tua. Kekejaman tanpa belas kasihan ini sepenuhnya bertentangan dengan keadilan Tuhan, dan mengingatkan kepada kebiadaban budaya pagan, yang menyembah dewa-dewa perang yang mistis.
Berbagai pemikiran pagan yang disusupkan ke
dalam Taurat ini tentu mempunyai asal muasal. Pastilah ada orang Yahudi
yang mengambil, menghormati, dan menghargai suatu tradisi yang asing
bagi Taurat, dan mengubah Taurat dengan menambahkan ke dalamnya
pemikiran-pemikiran yang berasal dari tradisi yang mereka ikuti. Asal
usul tradisi ini merentang jauh hingga ke para pendeta Mesir Kuno (para
ahli sihir rezim Fir'aun). Ialah, tak lain, Kabbalah yang dibawa dari
sana oleh sejumlah orang Yahudi. Kabbalah mempunyai bentuk yang
memungkinkan Mesir Kuno dan doktrin pagan lainnya menelusup ke dalam
agama Yahudi dan berkembang di dalamnya. Para penganut Kabbalah, tentu
saja, menyatakan bahwa Kabbalah hanyalah memperjelas secara lebih rinci
rahasia-rahasia yang tersembunyi di dalam Taurat, tetapi, pada
kenyataannya, sebagaimana dikatakan oleh ahli sejarah Yahudi tentang
Kabbalah, Theodore Reinach, Kabbalah adalah "suatu racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi." 26
Maka, sangat mungkin untuk menemukan di dalam Kabbalah jejak-jejak nyata dari ideologi materialis dari bangsa Mesir Kuno.
KABBALAH, DOKTRIN YANG BERTENTANGAN DENGAN KREASIONISME
Allah mengungkapkan di dalam Al Quran bahwa Taurat adalah sebuah kitab suci yang diturunkan sebagai cahaya bagi manusia:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. (QS. Al Maidah, 5: 44)
Karenanya, Taurat, seperti Al Quran, adalah sebuah kitab yang
berisi ilmu dan perintah yang berhubungan dengan topik-topik seperti
keberadaan Allah, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, penciptaan manusia dan
makhluk lainnya, tujuan penciptaan manusia, dan hukum-hukum
moral Allah bagi manusia. (Namun, sekarang Taurat asli ini tidak
ada lagi. Yang kita dapati sekarang adalah versi Taurat yang telah
“diubah-ubah” oleh tangan manusia).
Ada sebuah poin penting yang sama dimiliki Taurat yang asli dan
Al Quran: Allah merupakan sang Pencipta. Allah itu mutlak, dan telah
ada sejak waktu bermula. Segala sesuatu selain Allah adalah ciptaan-Nya,
yang diciptakan-Nya dari ketiadaan. Dia telah menciptakan dan membentuk
seluruh alam semesta, benda-benda langit, materi-materi tak hidup,
manusia, dan semua makhluk hidup. Allah itu Maha Esa; Dia ada dengan
sendirinya.
![]() Ajaran Kabbalah tentang asal usul alam semesta dan makhluk hidup adalah sebuah cerita yang penuh dengan mitos yang sepenuhnya bertentangan dengan fakta-fakta penciptaan yang diungkapkan di dalam kitab-kitab suci. |
Berlawanan dengan kebenaran ini, terdapat penafsiran yang
sangat berbeda di dalam Kabbalah, yakni "suatu racun teramat halus yang
menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi." Doktrinnya tentang Tuhan
sepenuhnya bertentangan dengan “fakta penciptaan”, yang terdapat di
dalam Taurat yang asli dan Al Quran. Dalam salah satu karyanya tentang
Kabbalah, peneliti Amerika, Lance S. Owens, mengemukakan pendapatnya
tentang kemungkinan asal usul doktrin ini:
Pengalaman kabbalistik menimbulkan beberapa pemahaman tentang Tuhan, yang kebanyakan menyimpang dari pandangan ortodoks. Prinsip paling inti dari kepercayaan bani Israil adalah persaksian bahwa “Tuhan kami satu”. Tetapi Kabbalah menyatakan bahwa sementara Tuhan ada dalam bentuk tertinggi sebagai suatu keesaan yang sepenuhnya tak terlukiskan — Kabbalah menamainya Ein Sof, yang tak berhingga — singularitas yang tak terpahami ini perlu menjelma menjadi banyak sekali bentuk ketuhanan: suatu pluralitas dari banyak Tuhan. Inilah yang oleh para pengikut Kabbalah dinamai Sefiroth, berbagai bejana atau wajah Tuhan. Para pengikut Kabbalah mencurahkan banyak meditasi dan spekulasi kepada misteri bagaimana Tuhan turun dari keesaan yang tak terpahami kepada pluralitas. Sudah tentu, citra Tuhan berwajah banyak ini memberi ruang untuk tuduhan sebagai politeistik, sebuah serangan yang dibantah para pengikut Kabbalah dengan penuh semangat, walau tak pernah sepenuhnya berhasil.
Tidak hanya Tuhan itu plural dalam teosofi Kabbalistik, tetapi sejak pemunculan pertamanya yang halus dari keesaan yang tak terpahami, Tuhan telah memiliki dwibentuk sebagai Lelaki dan Perempuan; sebentuk Ayah dan Ibu supernatural, Hokhmah dan Binah, merupakan bentuk-bentuk pemunculan Tuhan yang pertama. Para pengikut Kabbalah menggunakan metafor seksual yang terang-terangan untuk menjelaskan bagaimana persetubuhan dari Hokhmah dan Binah menghasilkan ciptaan yang lebih jauh…27
Ciri yang menarik dari teologi mistis ini adalah bahwa
menurutnya manusia tidaklah diciptakan, tetapi dalam suatu cara bersifat
ketuhanan. Owens menguraikan mitos ini:
Citra Tuhan yang kompleks… juga dilukiskan oleh Kabbalah memiliki sebuah bentuk yang uniter, antropomorfik. Menurut sebuah resensi Kabbalistik, Tuhan adalah Adam Kadmon: Manusia purba atau bentuk pola dasar pertama manusia. Manusia berbagi dengan Tuhan, baik kilauan cahaya ketuhanan yang hakiki dan tak diciptakan, juga bentuk yang organik dan kompleks. Persamaan aneh tentang Adam sebagai Tuhan didukung oleh sebuah sandi Kabbalah: nilai numeris dari nama Adam dan Jehovah dalam bahasa Ibrani (Tetragrammaton, Yod he vav he) adalah sama-sama 45. Jadi, dalam penafsiran Kabbalah, Jehovah sama dengan Adam: Adam adalah Tuhan. Dengan penegasan ini datanglah pernyataan bahwa semua manusia dalam perwujudan tertinggi menyerupai Tuhan. 28
Teologi ini tersusun dari mitologi paganisme, dan menjadi basis
bagi kemerosotan agama Yahudi. Orang Yahudi pengikut Kabbalah melanggar
batas-batas akal sehat sedemikian jauh sampai-sampai
mereka mencoba membuat manusia menjadi tuhan. Apalagi, menurut
teologi ini, selain bersifat ketuhanan, manusia hanya terdiri dari
bangsa Yahudi; suku bangsa lain tidak dipandang sebagai manusia.
Akibatnya, di dalam agama Yahudi, yang awalnya didirikan berdasarkan
pengabdian dan ketaatan kepada Tuhan, mulailah doktrin yang rusak ini
berkembang, dengan maksud untuk memuaskan arogansi bangsa Yahudi.
Walaupun sifat dasarnya bertentangan dengan Taurat, Kabbalah dimasukkan
ke dalam agama Yahudi. Pada akhirnya, Kabbalah mulai merusak Taurat itu
sendiri.
Hal lain yang menarik tentang doktrin-doktrin Kabbalah yang
rusak adalah kesamaannya dengan berbagai pemikiran pagan dari Mesir
Kuno. Sebagaimana telah didiskusikan pada halaman-halaman sebelumnya,
bangsa Mesir Kuno meyakini bahwa materi telah selalu ada; dengan kata
lain, mereka menolak pemikiran bahwa diciptakan dari ketiadaan. Kabbalah
menyatakan hal yang sama sehubungan dengan manusia; Kabbalah mengklaim
bahwa manusia tidak diciptakan, dan mereka bertanggung jawab untuk
mengatur keberadaan mereka sendiri.
Untuk diungkapkan dalam istilah modern: bangsa Mesir Kuno adalah materialis, dan pada dasarnya, doktrin Kabbalah dapat dinamai humanisme sekuler.
Menarik untuk dicatat bahwa kedua konsep ini — materialisme
dan humanisme sekuler — menguraikan ideologi yang telah mendominasi
dunia selama dua abad ke belakang.
Sungguh menggoda untuk mempertanyakan apakah ada kekuatan yang
telah membawa doktrin Mesir Kuno dan Kabbalah dari tengah-tengah sejarah
kuno ke masa kini.
DARI PARA KSATRIA TEMPLAR KE KAUM MASON
Tatkala kita menyebutkan tentang para Ksatria
Templar sebelumnya, kita mencatat bahwa ordo pejuang salib yang aneh ini
dipengaruhi oleh sebuah "rahasia" yang ditemukan di Yerusalem, yang
membuat mereka meninggalkan agama Kristen dan mulai memraktikkan
ritus-ritus sihir. Kita sebutkan bahwa banyak peneliti telah mencapai
pendapat bahwa rahasia ini berhubungan dengan Kabbalah. Misalnya, dalam
bukunya Histoire de la Magie (Sejarah Ilmu Sihir), penulis Prancis,
Eliphas Levi, memberikan bukti terperinci bahwa para Templar dibaiat ke
dalam doktrin-doktrin misterius Kabbalah, yakni, mereka secara rahasia
dilatih di dalam doktrin ini.29 Begitulah, sebuah doktrin yang berakar di Mesir Kuno diteruskan kepada para Templar melalui Kabbalah.
Dalam Foucault's Pendulum, novelis Umberto Eco*)
menceritakan fakta-fakta ini di dalam alur cerita. Sepanjang novel
tersebut, dia mengisahkan, melalui pembicaraan para tokoh protagonisnya,
bahwa para Templar dipengaruhi oleh Kabbalah dan bahwa para pengikut
Kabbalah memiliki rahasia yang dapat dilacak hingga ke fir’aun-fir’aun
Mesir Kuno. Menurut Eco, sebagian bangsa Yahudi yang terkemuka
mempelajari rahasia-rahasia tertentu yang diambil dari bangsa Mesir
Kuno, dan kemudian menyisipkannya ke dalam lima kitab pertama Perjanjian
Lama (Pantateuch). Tetapi rahasia yang diteruskan secara rahasia ini
hanya dapat dipahami oleh para pengikut Kabbalah. (Zohar, yang di
kemudian hari ditulis Spanyol, dan membentuk kitab fundamental Kabbalah,
berhubungan dengan rahasia-rahasia kelima kitab tersebut) Setelah
menyatakan bahwa para penganut Kabbalah juga membaca rahasia bangsa
Mesir Kuno ini dalam pengukuran geometris haikal Sulaiman, Eco
menuliskan bahwa para Templar mempelajarinya dari para rabbi pengikut
Kabbalah di Yerusalem:
Rahasia itu yang semuanya telah disampaikan Haikal hanya diketahui oleh sekelompok kecil rabbi yang tetap tinggal di Palestina…. Dan dari mereka para Templar mempelajarinya. 30
Ketika para Templar mengadopsi doktrin Kabbalis-Mesir kuno ini,
sudah tentu mereka bertentangan dengan kekuasaan
Kristen yang mendominasi Eropa. Pertentangan serupa juga terjadi
antara mereka dengan kekuatan bangsa Yahudi lainnya. Setelah para
Templar ditangkap oleh perintah bersama raja Prancis dan Paus di tahun
1307, ordo ini bergerak di bawah tanah, namun pengaruhnya tetap
bertahan, dan dengan cara yang lebih radikal dan mantap.
Seperti disebutkan sebelumnya, sejumlah besar ksatria Templar
melarikan diri dan meminta perlindungan kepada raja Skotlandia,
satu-satunya kerajaan Eropa pada saat itu yang tidak mengakui otoritas
Paus. Di Skotlandia, mereka menyusup ke dalam gilda para tukang batu,
dan perlahan mengambil alih. Gilda-gilda tersebut mengadopsi
tradisi-tradisi ksatria Templar, dan dengan demikian, benih Masonik
ditanam di Skotlandia. Sampai hari ini, garis utama Masonry masih
merupakan “Ritus Skot yang Kuno dan Diakui”.
![]() Sebuah model Haikal Sulaiman. Para Templar dan Mason, karena kepercayaan takhyul mereka mengenai Sulaiman, yakin bahwa terdapat sebuah "rahasia" di dalam haikal ini yang diteruskan dari peradaban pagan kuno. Karena itulah literatur Masonik memberikan banyak penekanan pada haikal Sulaiman tersebut. |
Sebagaimana telah dibahas secara rinci di dalam buku Ordo
Masonik Baru, jejak para Templar dapat dideteksi sejak awal abad keempat
belas dan sekelompok bangsa Yahudi berhubungan dengan mereka pada
berbagai babak sejarah Eropa. Tanpa membahas detailnya, inilah sebagian
heading yang mengkaji topik ini:
- Di Provence, Prancis, pernah terdapat sebuah tempat
persembunyian penting para Templar. Selama masa penahanan, sangat banyak
yang bersembunyi di sini. Ciri-ciri penting lain daerah ini adalah
sebagai pusat Kabbalisme paling terkenal di Eropa. Di Provence tradisi
lisan Kabbalah dibukukan.
- Pemberontakan Petani di Inggris pada
tahun
1381, menurut para ahli sejarah, dikipas-kipasi oleh
sebuah organisasi rahasia. Para pakar yang mengkaji sejarah
Masonry sepakat bahwa organisasi rahasia ini adalah para
Templar. Pemberontakan ini lebih dari sekadar pemberontakan sipil,
tetapi merupakan penyerangan terencana terhadap Gereja Katolik. 31
- Setengah abad setelah pemberontakan ini, seorang pastor di Bohemia bernama John Huss memulai pemberontakan melawan Gereja Katolik. Lagi, di balik pemberontakan ini berdiri para Templar. Lebih-lebih lagi, Huss sangat tertarik dengan Kabbalah. Avigdor Ben Isaac Kara adalah salah satu nama terpenting yang berpengaruh dalam perkembangan doktrinnya. Kara adalah seorang rabbi dari komunitas Yahudi di Praha dan seorang pengikut Kabbalah. 32
Contoh-contoh seperti ini menunjukkan bahwa persekutuan antara
para Templar dan pengikut Kabbalah diarahkan kepada suatu perubahan
tatanan sosial Eropa. Perubahan ini melibatkan perubahan di dalam budaya
Kristen yang mendasar di Eropa, dan penggantiannya dengan sebuah budaya
berdasarkan doktrin-doktrin pagan, seperti Kabbalah. Dan, setelah
perubahan budaya ini, berbagai perubahan politik akan mengikuti.
Revolusi Prancis dan Italia, misalnya….
Pada bagian berikutnya, kita akan mengamati beberapa titik
balik penting di dalam sejarah Eropa. Pada setiap tahap, kita akan
dihadapkan kepada fakta bahwa terdapat sebuah kekuatan yang hendak
memisahkan Eropa dari warisan Kristennya, menggantikannya dengan
ideologi sekuler, dan dengan program pemikiran ini menghancurkan
lembaga-lembaga keagamaannya. Kekuatan ini berusaha memaksa Eropa
menerima doktrin yang telah diestafetkan sejak Mesir Kuno
melalui Kabbalah. Sebagaimana telah ditunjukkan sebelumnya, pada
basis dari doktrin ini terdapat dua konsep penting: humanisme dan
materialisme.
Pertama, mari kita meninjau humanisme.
Sumber :
23 Richard Rives, Too Long in the Sun,
Partakers Pub., 1996, hal. 130-31
24 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry?), Istanbul, 1992, hal. 298-299
25 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, (penekanan ditambahkan)
26 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal. 221, Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)
27 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194
28 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194, (penekanan ditambahkan)
29 Eliphas Lévi, Histoire de la Magie, hal. 273; Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co. Ltd., London, 1924
30 Umberto Eco, Foucault's Pendulum, Translated from the Italian by William Weaver, A Helen and Kurt Wolff Book, Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, hal. 450, (penekanan ditambahkan)
31 For further information, see, John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York: M. Evans & Company, 1989

24 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry?), Istanbul, 1992, hal. 298-299

25 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, (penekanan ditambahkan)

26 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal. 221, Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)

27 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194

28 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194, (penekanan ditambahkan)

29 Eliphas Lévi, Histoire de la Magie, hal. 273; Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co. Ltd., London, 1924

30 Umberto Eco, Foucault's Pendulum, Translated from the Italian by William Weaver, A Helen and Kurt Wolff Book, Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, hal. 450, (penekanan ditambahkan)

31 For further information, see, John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York: M. Evans & Company, 1989

Tidak ada komentar:
Posting Komentar